Article Detail

Wawanhati Bersama Uskup Agung Palembang Mgr. Aloysius Soedarso SCJ

Sabtu (3/5), Paroki Santa Maria Pengantara Rahmat Ilahi Kabupaten Lahat mengadakan acara wawanhati bersama Bapak Uskup Agung Palembang, Mgr. Aloysius Soedarso SCJ. Acara ini dilaksanakan sebagai bagian dari rangkaian acara Pemberkatan dan Peresmian Renovasi Gereja Paroki Santa Maria Pengantara  Rahmat Ilahi Kabupaten Lahat. Dalam acara yang dilaksanakan di Aula Gereja tersebut, Bapak Uskup mengemukakan padangannya terkait peran gereja dan umat sebagai tanda kehadiran Allah di tengah masyarakat, tantangan gereja di masa yang akan datang, dan pandangan gereja terkait pelaksanaan pemilihan presiden pada bulan Juli mendatang. Seluruh umat yang hadir tampak antusias mendengarkan pemaparan bapak uskup agung.

Pentingnya keberadaan gereja di tengah masyarakat

Dalam pemaparannya Bapak Uskup Mgr. Aloysius Soedarso SCJ menyatakan bahwa keberadaan gereja di tengah masyarakat sangatlah penting. Gereja memiliki peran yang sangat besar dalam mewartakan kerajaan Allah di dunia. Gereja dapat menghimpun umat katolik menjadi satu, sehingga umat katolik diharapkan dapat menampilkan diri sebagai tanda kehadiran Allah di tengah-tengah masyarakat. “Keberadaan Gereja penting untuk mewartakan Kerajaan Allah dan umat katolik dapat menjadi tanda kehadiran Allah” tandas uskup.

Peran pengurus Dewan Paroki Pastoral dalam memaksimalkan keberadaan dan fungsi gereja juga sangat diharapkan. Menurut uskup, keberlangsungan gereja sangat bergantung pada dukungan seluruh umat, terutama umat yang terlibat langsung dalam kepengurusan gereja. Beliau menegaskan bahwa terlibat dalam Dewan Paroki Pastoral merupakan salah satu bentuk pengabdian dan persembahan kepada Tuhan, karena itu berarti umat terlibat langsung dalam upaya menjaga keberlangsungan gereja.

Tantangan perubahan zaman

Harus diakui bahwa arus perkembangan zaman atau pun modernisasi menjadi tantangan terbesar bagi gereja saat ini. Modernisasi dapat mengikis keimanan seseorang, karena masyarakat dihadapkan pada banyak pilihan yang pada umumnya lebih mengutamakan kebutuhan duniawi. Arus modernisasi menyebabkan kurangnya minat masyarakat kita, khususnya umat katolik untuk memperdalam pengetahuan dan iman akan Tuhan.

Uskup Agung juga menyatakan bahwa untuk menjadi religius atau bahkan menjadi seorang imam di era ini sangatlah sulit. Godaan-godaan duniawi begitu besar dan jauh lebih menarik. Arus modernisasi membawa perubahan pada pola pikir masyarakat yang lebih mengedepankan kehidupan duniawi. Sejak kecil manusia sudah dihadapkan pada banyak pilihan yang menyilaukan dan  tentunya jauh jauh lebih menarik dibandingkan pilihan hidup menggereja.

Hal lain yang menjadi tantangan bagi gereja di masa depan adalah bagaimana mengarahkan orang-orang, khususnya kaum muda dengan kemampuan luar biasa agar dapat menggunakan kemampuannya untuk hal-hal yang berguna bagi  kelangsungan hidup manusia, bukan malah sebaliknya. Pendapat ini muncul tentu tidak terlepas dari adanya keprihatinan bahwa banyak orang-orang yang memiliki kemampuan luar biasa, namun disalahgunakan sehingga menimbulkan kerugian yang luar biasa pula bagi kehidupan manusia.

Selain itu, gereja juga diharapkan untuk bisa mandiri dalam hal pendanaan. Umat harus diberdayakan agar dapat mengelola lahan paroki yang belum dimanfaatkan dengan maksimal. Uskup agung juga menghaparapkan agar gereja bisa menjadi tempat pelatihan iman, asalkan pengelolaannya dilakukan dengan maksimal.

Gereja Katolik harus memiliki agenda politik

Menurut Uskup Agung Palembang Mgr. Aloysius Soedarso SCJ, ke depan gereja katolik harus memiliki agenda politik. Uskup agung menegaskan bahwa gereja harus memiliki perwakilan di DPR untuk menyuarakan aspirasi umat katolik. “Jangan sampai nasib kita ditentukan oleh orang lain” tandas uskup.

Terkait pemilihan presiden yang akan dilaksankan pada 9 Juli 2014, Uskup Agung menyampaikan pendapatnya (mewakili gereja) terkait kriteria calon presiden yang layak dipilih. Meskipun gereja tidak boleh terlibat langsung dalam politik praktis, namun gereja memiliki tanggung jawab untuk mengingatkan umat katolik mengenai kriteria calon pemimpin yang layak dipilih.

Menurut Uskup Agung, umat katolik harus menimbang dengan sungguh-sungguh siapa calon pemimpin yang akan dipilih. Beliau menyarankan agar umat katolik memilih pemimpin yang memiliki komitmen yang jelas dan memiliki paham kebangsaan yang baik, sehingga kelak kalau terpilih, pemimpin tersebut sungguh-sungguh menjalankan amanah yang dipercayakan kepadanya. Pemimpin yang terpilih diharapkan dapat menjalankan roda pemerintahan sesuai sesuai ideologi kebangsaan yang tertuang dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

Uskup Agung juga menyarankan agar umat katolik yang memiliki hak pilih agar memperhatikan rekam jejak para calon pemimpin yang akan dipilih. Umat katolik diimbau untuk memilih calon pemimpin yang tidak memiliki rekam jejak negatif dalam sejarah perjalanan politik di Indonesia.

Uskup Agung menambahkan, umat katolik juga harus memerhatikan latar belakang ideologi yang dianut oleh calon presiden. “Jangan pilih calon pemimpin dengan ideologi agama tertentu,” tandas beliau. Pemimpin dengan latar belakang ideologi agama tertentu, dikhawatirkan akan membawa dampak kurang baik terhadap keberagaman yang ada di Indonesia, khususnya keberagaman dalam hal agama.

Di akhir pemaparannya Uskup Agung Palembang Mgr. Aloysius Soedarso SCJ, mengimbau kepada seluruh umat katolik agar menggunakan hak pilihnya dengan baik. Bapak uskup menegaskan kepada seluruh umat katolik di Kabupaten Lahat agar tidak golput, "Jangan sampai hak pilih kita disalahgunakan oleh orang lain" tandas uskup. (WL)

Comments
  • there are no comments yet
Leave a comment