Sejarah Sekolah
Sejarah Sekolah
SEJARAH SMA SANTO YOSEF LAHAT
Kota Lahat terletak di tengah-tengah daerah Sumatera Selatan. Kota ini konon merupakan pusat perbengkelan Perum Kereta Api, karenanya suasana lebih hidup pada waktu itu. Sungai Lematang yang sangat luas, dengan jembatan gantung yang sangat panjang,membentang di sebelah pinggiran barat kota. Dari situ nampaklah Gunung Serelo seperti jari telunjuk menjulang tinggi, dengan dilatarbelakangi Bukit Barisan yang berderetan, merupakan keindahan alam khas Lahat yang mempesonakan.
Sejak bulan September 1933, pastor Hogeboom SCJ menetap di Lahat, dan membuka HGS. Ordo SCJ sudah berulang meminta agar suster-suster Order de Bogen (suster CB) meangani karya ini, dan akhirnya para suster menyanggupi untuk berkarya di Lahat.
Pada tanggal 21 Mei 1936 bertolaklah lima suster CB dari Maastricht negeri Belanda. Dua diantaranya akan berkarya di Sumatera Selatan. Empat orang suster bertolak dari Tanjung Priok menuju Tanjung Karang terus langsung naik kereta api menuju Lahat. Tanggal 3 Juli 1936, mereka tiba di Lahat. Pada bulan Juli itu juga para suster misionaris telah mulai berkarya menangani sebuah HGS yang ada.
Untuk sementara waktu, rumah sekolah masih merupakan rumah sewaan, karena belum mempunyai gedung sendiri. Bahwa dengan HGS saja misi belum bisa mencapai banyak. Maka Muder Laurensia mengajukan gagasan membuka sekolah MULO (setingkat SMP) di Lahat. MULO dimaksudkan untuk menampung para lulusan HGS dari Bengkulu dan Lahat.
MULO dibuka dan diresmikan pada tangga 1 Agustus 1938. Pada waktu MULO ini dibuka sudah ada 40 orang murid. Mereka datang dari daerah sekitar Lahat dan Bengkulu. Perintis sekolah MULO adalah Sr.Laurentia de Sain, Sr. Chatarina Liedmeier dan Sr. Olga Polis.
Sekolah ini berjalan dengan baik sampai pecah Perang Pasifik. Dalam masa pendudukan Jepang sekolah ini terpaksa ditutup karena Suster-suster harus masuk kamp tahanan. Pada tahun 1948, Pimpinan Umum Tarekat, Muder Emmanuel, datang ke Indonesia dan beliau meninjau Sumatera bersama Muder Laurentia untuk merencanakan pembukaan kembali sekolah milik Tarekat di Sumatera Selatan. Dalam satu tahun kompleks Santo Yosef telah selesai dibangun kembali. Karya pendidikan yang semula berbentuk HGS dibuka kembali dan menjadi SD dan SMP.
Makin hari, dirasa kebutuhan jenjang yang lebih tinggi yaitu jenjang SMA, untuk menampung siswa SMP semakin mendesak, karena siswa-siswi yang lulus dari SMP Santo Yosef belum bisa tertampung. Mereka akhirnya harus melanjutkan ke luar Lahat, baik di Palembang maupun di pulau Jawa. Sedangkan bagi siswa-siswi yang kurang mampu akhirnya mereka tidak dapat melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi. Melihat kenyataan ini, para Suster mencoba untuk meminta izin dari dinas setempat untuk mendiirikan sebuah SMA, tetapi izin belum akan diberikan kalau SMA Negeri belum ada. Sr. Marie Tarsis, CB. akhirnya memberanikan diri untuk mendirikan SMA Negeri 1 sekaligus sebagai kepala sekolah pertama SMA Negeri 1 Lahat. Tiga tahun kemudian tepatnya pada tanggal 19 Januari 1967 akhir berdirilah SMA Santo Yosef dan langsung menempati gedungnya yang baru.
Dari tahun ke tahun jumlah siswa semakin bertambah, di samping itu tantangan dunia pendidikan semakin besar, namun para suster beserta seluruh guru dan karyawan mengupayakan pendampingan bimbingan kepada para siswa sesuai dengan kebutuhan jaman
Untuk sementara waktu, rumah sekolah masih merupakan rumah sewaan, karena belum mempunyai gedung sendiri. Bahwa dengan HGS saja misi belum bisa mencapai banyak. Maka Muder Laurensia mengajukan gagasan membuka sekolah MULO (setingkat SMP) di Lahat. MULO dimaksudkan untuk menampung para lulusan HGS dari Bengkulu dan Lahat.
MULO dibuka dan diresmikan pada tangga 1 Agustus 1938. Pada waktu MULO ini dibuka sudah ada 40 orang murid. Mereka datang dari daerah sekitar Lahat dan Bengkulu. Perintis sekolah MULO adalah Sr.Laurentia de Sain, Sr. Chatarina Liedmeier dan Sr. Olga Polis.
Sekolah ini berjalan dengan baik sampai pecah Perang Pasifik. Dalam masa pendudukan Jepang sekolah ini terpaksa ditutup karena Suster-suster harus masuk kamp tahanan. Pada tahun 1948, Pimpinan Umum Tarekat, Muder Emmanuel, datang ke Indonesia dan beliau meninjau Sumatera bersama Muder Laurentia untuk merencanakan pembukaan kembali sekolah milik Tarekat di Sumatera Selatan. Dalam satu tahun kompleks Santo Yosef telah selesai dibangun kembali. Karya pendidikan yang semula berbentuk HGS dibuka kembali dan menjadi SD dan SMP.
Makin hari, dirasa kebutuhan jenjang yang lebih tinggi yaitu jenjang SMA, untuk menampung siswa SMP semakin mendesak, karena siswa-siswi yang lulus dari SMP Santo Yosef belum bisa tertampung. Mereka akhirnya harus melanjutkan ke luar Lahat, baik di Palembang maupun di pulau Jawa. Sedangkan bagi siswa-siswi yang kurang mampu akhirnya mereka tidak dapat melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi. Melihat kenyataan ini, para Suster mencoba untuk meminta izin dari dinas setempat untuk mendiirikan sebuah SMA, tetapi izin belum akan diberikan kalau SMA Negeri belum ada. Sr. Marie Tarsis, CB. akhirnya memberanikan diri untuk mendirikan SMA Negeri 1 sekaligus sebagai kepala sekolah pertama SMA Negeri 1 Lahat. Tiga tahun kemudian tepatnya pada tanggal 19 Januari 1967 akhir berdirilah SMA Santo Yosef dan langsung menempati gedungnya yang baru.
Dari tahun ke tahun jumlah siswa semakin bertambah, di samping itu tantangan dunia pendidikan semakin besar, namun para suster beserta seluruh guru dan karyawan mengupayakan pendampingan bimbingan kepada para siswa sesuai dengan kebutuhan jaman