Article Detail
MEMBANGUN MASYARAKAT LITERASI MELALUI PEMBERDAYAAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH
Setiap hari kita dihadapkan pada informasi yang melimpah dari berbagai media. Keterampilan dasar dalam “melek” informasi yang terdiri dari kemampuan untuk mengakses, mengevaluasi, dan memanfaatkan informasi dari berbagai sumber secara efektif menjadi sebuah keahlian dan kebutuhan yang teramat penting serta harus dikuasai masyarakat umumnya dan pustakawan khususnya.
Program pencapaian masyarakat yang “melek” informasi atau pembangunan masyarakat literasi sudah mulai digaungkan di tingkat pemerintahan. Untuk menjadikan masyarakat yang literasi dibutuhkan penguasaan dan kemampuan menempatkan dan menggunakan informasi untuk memecahkan masalah dan mengambil keputusan secara bijak. Literasi informasi sebagai kemampuan untuk mengenali saat informasi dibutuhkan, ditempatkan, dan dievaluasi untuk kemudian digunakan secara efektif dan sekaligus mengkomunikasikan dalam berbagai bentuk dan jenis.
Masyarakat informasi juga memunculkan adanya kekhawatiran akan pemanfaatan informasi itu sendiri. Dengan teknologi saat ini, informasi dapat diperoleh dan dipublikasikan dengan mudah. Di sisi lain, kemudahan ini membuat masyarakat mengalami kebingungan dalam memilih informasi mana yang dapat dipercaya. Informasi apapun kini dengan mudah dapat diakses oleh siapa saja dan dapat dipergunakan untuk tujuan apa saja.
Teknologi informasi yang berkembang pesat telah menjadikan masyarakat sebagai konsumen yang rakus informasi. Arus informasi ini sulit dibendung karena teknologi informasi bisa diakses dari berbagai media, diantaranya media elektronik, media cetak, dan internet. Hal yang dapat dan harus dilakukan adalah meningkatkan literasi masyarakat dengan cara mendidik untuk berpikir kritis terhadap informasi yang diterima.
Perpustakaan sekolah merupakan wahana yang tepat untuk membudayakan masyarakat sekolah yang literasi. Hampir semua sekolah sudah dipastikan memiliki perpustakaan. Akan tetapi, sudahkah semua perpustakaan menjalankan fungsinya? Ini pertanyaan yang sulit dijawab bahkan tidak untuk diperdebatkan. Banyak faktor yang menyebabkan perpustakaan tidak menjalankan fungsinya, antara lain; ketidakpahaman pustakawan dalam mengelola perpustakaan karena minimnya pelatihan tentang tata kelola perpustakaan, ketiadaan komunikasi antar komunitas sekolah, minimnya dana untuk operasional perpustakaan, dan kurangnya pemahaman komunitas sekolah akan arti pentingnya fungsi perpustakaan.
Secara sederhana, literasi dapat diartikan sebagai sebuah kemampuan membaca, menulis, dan menyimak. Kemampuan yang disebutkan di atas mulai ditanamkan sejak anak mulai belajar membaca dan menulis. Untuk membudayakan kemampuan membaca, menyimak, dan menulis dengan baik, maka perpustakaan sekolah menjadi tempat yang cocok untuk pembudayaan pembelajaran sepanjang hayat. Pustakawan sebagai ujung tombak pengelolaan perpustakaan selayaknya melaksanakan program perpustakaan berbasis literasi informasi serta layanan literasi informasi yang mengikuti perkembangan zaman.
Untuk dapat membangun perpustakaan yang sesuai dengan fungsinya dan atraktif dibutuhkan komunikasi dan kolaborasi komunitas sekolah yang terdiri dari Kepala sekolah, Wakil Kepala sekolah, Kepala Perpustakaan, Pustakawan, guru, dan siswa. Literasi informasi telah menjadi fokus perhatian utama di dunia pendidikan karena literasi informasi merupakan salah satu komponen penting yang harus dimiliki setiap orang dan berkontribusi dalam mencapai pembelajaran seumur hidup. Dengan membudayakan literasi informasi berarti menambah kompetensi masyarakat dengan mengevaluasi, mengorganisir, dan menggunakan informasi secara bijak.
Literasi informasi merupakan kompetensi mutlak yang harus dimiliki setiap masyarakat di era informasi karena membludaknya informasi yang dapat diakses melalui internet justru menimbulkan masalah tersendiri bagi penggunanya. Salah satu cara yang dapat dilakukan perpustakaan adalah dengan memberikan bimbingan pemakai fokus pada pengembangan literasi informasi pengguna, pengelolaan tata kelola perpustakaan sesuai dengan standar pengelolaan perpustakaan, dan selalu mengutamakan program budaya baca pemustaka.
Keberhasilan dari membangun masyarakat literasi ini membutuhkan usaha yang keras dengan konsistensi yang terus menerus serta dukungan dari pihak-pihak yang berkepentingan, dalam hal ini perpustakaan, institusi pendidikan, dan pemerintahan.
Oleh,
E. Muryantini
-
there are no comments yet