Article Detail

Siap Melahirkan Jurnalis dan Fotografer Handal

       Kamis-Sabtu (21-23/3), SMA Santo Yosef  Lahat mengadakan pelatihan jurnalistik dan fotografi bagi siswa-siswi SMP dan SMA Santo Yosef. Sebanyak tiga puluh satu peserta mengikuti kegiatan ini. Dalam pemaparannya Romo Frans De Sales SCJ selaku narasumber mengungkapkan bahwa pekerjaan sebagai jurnalis bukanlah pekerjaan yang mudah, “Para jurnalis adalah pekerja keras, karena mereka harus memberikan informasi secara cepat dan tepat” tandas beliau. Para siswa yang mengikuti pelatihan mendapat kesempatan untuk meningkatkan kemampuan (competence) di bidang tulis menulis dan fotografi. Hal ini sejalan dengan program SMP dan SMA Santo Yosef yang membuka kesempatan seluas-luasnya bagi para siswa untuk dapat mengembangkan bakat dan minat melalui pelayanan prima karyawan dan pengadaan fasilitas-faslitas yang mendukung sesuai bakat dan minat siswa.
       Peserta pelatihan merupakan siswa peserta ekstrakurikuler jurnalistik dari SMP dan SMA Santo Yosef. Peserta dipersiapkan untuk mampu menulis berita ringan seperti berita langsung dan feature. Pelatihan bagi peserta ekstrakurikuler jurnalistik sangat penting, karena dalam praktiknya mereka akan memberitakan seluruh kegiatan yang dilaksanakan di SMP dan SMA Santo Yosef yang nantinya akan dimuat di media internal sekolah tabloid Matapena dan Tara, serta website tarakanita. Selama ini keberadaan tabloid Matapena dan Tara sebagai media internal sekolah juga memegang peranan penting dalam upaya mempromosikan sekolah (PPDB). Demi meningkatkan kualitas berita yang dihasilkan dan memaksimalkan peran tabloid Matapena dan Tara sebagai media promosi, siswa peserta ekstrakurikuler jurnalistik perlu mendapat pelatihan khusus.
       “Pelatihan jurnalistik seperti ini penting dilakukan, karena dapat memberikan pemahaman kepada siswa tentang bagaimana mendapatkan informasi, menuliskannya menjadi berita yang menarik sehingga layak dibaca dan memiliki nilai jual” tandas Emilia Suryani, S. Pd salah satu guru pendamping dari SMP Santo Yosef. Keberadaan media internal tabloid Matapena dan Tara memang menjadi daya tarik tersendiri bagi siswa-siswi yang ingin mengembangkan bakat menulis dan ingin mengenal dunia jurnalistik secara lebih mendalam.
        Para siswa peserta pelatihan tampak antusias mendengarkan pemaparan materi dari Romo Frans. “Senang, bisa mendapat pengetahuan baru tentang jurnalistik” ungkap Laras Palupi (13) salah seorang siswa peserta pelatihan dari SMP Santo Yosef. Laras mengaku senang  menulis sehingga ia menjatuhkan pilihan pada ekstrakurikuler jurnalisitik sebagai kegiatan pengembangan diri.
        Pelatihan bagi peserta ekstrakurikuler jurnalistik bukan yang pertama kali dilaksanakan. Pelatihan semacam ini rutin dilaksanakan untuk mempersiapkan para peserta, khususnya peserta yang baru bergabung untuk mengenal seluk-beluk penulisan berita. Pada pelatihan kali ini, materi dan praktik penulisan feature menjadi fokus utama. Romo Frans menjelaskan secara detail teknik-teknik penulisan feature dan meminta siswa untuk mempraktikkan secara langsung di lapangan. “Teori selalu mudah dipahami dan bisa dihapal, mempraktikkannya yang terkadang sulit” ungkap Romo Frans. Meski jumlah siswa cukup banyak Romo Frans tidak keberatan untuk mengecek satu-satu hasil pekerjaan siswa. Para siswa diberikan bimbingan individu secara langsung oleh Romo Frans.
        Sabtu (23/3) merupakan hari terkahir pelatihan bagi para peserta. Di hari terakhir ini, materi tentang fotografi disampaikan. Bapak Suripto selaku narasumber menyampaikan banyak hal tentang dunia fotografi, mulai dari sejarah penemuan kamera, perkembangannya, perlengkapan yang dibutuhkan oleh seorang fotografer, dan teknik-teknik membidik objek yang akan diabadikan. “Untuk dapat mengabadikan objek dengan sempurna, yang terpenting bukan pada objeknya tetapi pada sumber pencahayaan, karena ketika Anda mengambil gambar menggunakan kamera, sama artinya dengan Anda melukis objek dengan cahaya” tandas Suripto dalam pemaparannya.
        Seni fotografi memang memiliki kaitan erat dengan dunia jurnalistik. Pelukisan objek pemberitaan menjadi lebih hidup ketika sebuah berita disertai dengan gambar. Penulisan berita di media cetak seperti tabloid, majalah, dan koran tidak akan menarik jika tidak disertai gambar objek yang diberitakan dan tentu saja akan berimbas pada minat pembaca. Dalam kaitannya dengan pelatihan yang dilaksanakan, pelatihan fotografi mutlak dibutuhkan demi peningkatan kualitas berita yang ditampilkan pada tabloid Matapena dan Tara. “Menulis berita tanpa disertai gambar, sama seperti makan nasi tanpa sayur” tandas Suripto. Lebih lanjut beliau mengungkapkan bahwa nasi tanpa sayur masih bisa tetap dimakan, tetapi berita tanpa gambar tidak akan menarik minat pembaca. **
Comments
  • there are no comments yet
Leave a comment