Article Detail
Lancar, 125 Siswa Ikuti Ujian Nasional
Pelaksanaan
Ujian Nasional SMA Santo Yosef (16-19/4),
berlangsung tertib dan aman. Sebanyak 125 peserta yang terdiri dari 32 siswa Program
Ilmu Alam dan 93 siswa Program Ilmu Sosial tidak ada yang sakit selama UN berlangsung.
Artinya siswa dalam kondisi siap secara jasmani dan rohani menghadapu ujian.
UN
memang menjadi momok menakutkan bagi para siswa dan juga para guru di sekolah,
karena UN dianggap sebagai tolak ukur keberhasilan pendidikan seorang siswa dan
kesuksesan guru dalam mendidik siswanya. Namun jika dilihat dari sudut pandang
yang lain, terkadang hal ini menjadi tidak adil bagi para siswa dan guru.
Khususnya bagi guru, kegagalan siswa dalam UN
selalu ditimpakan kepada mereka. Padahal
andil dan peran orangtua di rumah mendorong anaknya untuk lebih rajin dan
serius belajar justru lebih penting . Hal ini sering luput dari pengamatan.
Karena itu penyebab kegagalan siswa dalam ujian sangat kompleks dan banyak hal
yang memengaruhinya.
Kepala SMA Santo Yosef,
Heribertus Triwardono, S.Pd, kepada Mata Pena mengatakan bahwa berdasarkan Uji
Petik Psikologis siswa SMA/SMK/MA peserta Ujian Nasional yang dilakukan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud)
79,1 persen siswa mengaku cemas menghadapi UN. Dijelaskannya, ada empat
pertanyaan dalam angket yang disebar ke setiap siswa. Pertanyaan pertama,
bagaimana perasaan Anda dalam menghadapi UN? Hasilnya, 40,5 persen siswa
mengaku biasa saja, 40,2 persen tidak biasa, dan 19,5 persen sangat tidak
biasa. Pertanyaan kedua, bagaimana tingkat kekhawatiran Anda terhadap kelulusan
UN? Hasilnya, 25,6 persen siswa mengaku yakin lulus, 37,2 persen cukup
khawatir, dan 37,2 persen siswa mengaku sangat khawatir. Pertanyaan ketiga,
bagaimana tingkat kecemasan Anda menghadapi UN? Mayoritas siswa atau 56 persen
mengaku cemas, 22,4 persen mengaku sangat cemas, dan sisanya mengaku biasa
saja. Sedangkan untuk pertanyaan terakhir, semua siswa diharuskan memberikan
pendapat pribadinya tentang UN.Hasilnya, 43,7 persen siswa berpendapat, UN
sangat memicu semangat belajar, 35,4 persen siswa menilai UN mampu mendorong
semangat belajar, dan hanya 20,9 persen siswa yang mengaku tidak bertambah
semangat belajarnya karena UN.
Beliau menambahkan bahwa jika hasil uji petik psikologis Kemdikbud 79,1 % siswa mengaku cemas, lain halnya dengan siswa SMA Santo Yosef 80% merasa biasa. Tentu saja ini ada alasannya (1) UN merupakan program tahunan yang harus dihadapi oleh siswa, (2) Simulasi UN, try out sudah dilakukan oleh siswa dan dilakukan evaluasi hasil ujian yang diperoleh , dimana titik lemahnya kemudian kelemahan dan kekurangan itu diperbaiki, (3) pengayaan sudah dilakukan sejak semester pertama setiap hari Sabtu, (4) adanya tambahan belajar sore yang mulai dilaksanakan bulan September, (5) siswa sudah mengantongi kelulusan 40% dari Nilai Sekolah (S/M). Ini penghargaan terhadap prestasi siswa di sekolah bahwa penentuan kelulusan adalah 40% S/M dan 60% hasil UN.
Hal senada juga diungkapkan oleh pemantau independen dari UNSRI, Drs.Pradanto Poerwono, DEA. yang merasa bahwa anak-anak rileks, tidak tegang menghadapi UN, dan tidak “kasak-kusukâ€. “Ini bisa dijadikan contoh penyelenggaraan UN yang baik, semua terkondisi dengan baik tidak ada kecurangan oleh siswa maupun “kasak-kusuk†guru, HP dan tas siswa diletakkan di samping pengawas, katanya. Demikian juga diungkapkan koordinator tim independen UNSRI, Dr.Ir.H. E.S. Halimi, M.Sc. yang mengaku bangga dengan kondisi UN di SMA Santo Yosef sehingga dua jam betah berada di lokasi sekolah ini.
Namun demikian, was-was masih menghantui para siswa dalam menanti pengumuman
kelulusan yang akan dilaksanakan 26 Mei
2012. Harapannya bisa lulus 100% seperti
kelulusan tahun 2011 lalu.*** Adm
-
there are no comments yet