Article Detail
Melaksanakan Gerakan Literasi Sekolah ( GLS )
Seperti yang kita ketahui bersama , Informasi tentang literasi di berbagai media sudah sangat gencar digaungkan, dilaksanakan, bahkan diteliti untuk mengetahui seberapa pentingnya literasi diterapkan dan digerakkan di masyarakat kita. Literasi ada dan timbul karena keprihatian pemerintah dan masyarakat terhadap budaya baca masyarakat kita yang rendah. Banyak orang belum mengerti tentang pengertian dan konsep literasi yang sebenarnya. Hal ini mengakibatkan konsep pelaksananaan gerakan literasi yang sebenarnya menjadi kabur karena setiap orang memiliki pemahaman dan sudut pandang yang berbeda.
Literasi informasi sebagai kemampuan dan ketrampilan seseorang untuk mengenali saat informasi dibutuhkan, ditempatkan, dan dievaluasi untuk kemudian digunakan secara efektif dan sekaligus dikomunikasikan dalam berbagai bentuk dan jenis bisa terlaksana apabila dibarengi dengan budaya baca dan tulis masyarakat yang tinggi. Pengertian Literasi sekolah dalam konteks GLS adalah kemampuan mengakses, memahami, dan menggunakan sesuatu secara cerdas melalui berbagai aktivitas, antara lain membaca, melihat, menyimak, menulis, dan/atau berbicara. Ada berbagai jenis literasi yang perlu diketahui dalam GLS antara lain Literasi dasar, literasi perpustakaan, literasi media, dan literasi teknologi
Pemerintah dalam hal ini kementrian Pendidikan dan Kebudayaan sejak tahun ajaran 2016-2017 mencanangkan Gerakan Literasi Sekolah sebagai upaya menyeluruh yang melibatkan semua warga sekolah dan masyarakat sebagai bagian dari ekosistem pendidikan. Literasi dasar yang terdiri ketrampilan membaca, menulis, dan berbicara harus dilatih sejak usia dini sampai jenjang usia Taman kanak-kanak karena ketrampilan membaca berperan penting dalam kehidupan kita. Setelah itu dilanjutkan dengan literasi perpustakaan, literasi media, dan literasi teknologi di tingkat usia sekolah SD, SMP, dan SMA
Gerakan literasi sekolah yang dicanangkan pemerintah memiliki tujuan umum menumbuhkembangkan budi pekerti peserta didik melalui pembudayaan ekosistem literasi sekolah yang diwujudkan dalam gerakan literasi sekolah agar mereka menjadi pembelajar sepanjang hayat. Sedangkan tujuan khususnya antara lain menumbuhkembangkan budaya literasi sekolah, meningkatkan kapasitas warga dan lingkungan sekolah agar literat, menjadikan sekolah sebagai taman belajar yang menyenangkan dan ramah anak agar warga sekolah mampu mengelola pengetahuan secara cerdas, dan menjaga keberlanjutan pembelajaran dengan menghadirkan beragam buku bacaan dan mewadahi strategi membaca.
Salah satu kegiatan GLS yang dicanangkan oleh pemerintah adalan gerakan 15 menit membaca sebelum memulai kegiatan belajar mengajar. Gerakan ini bisa terlaksana apabila ada Tim literasi yang terdiri dari pimpinan, pustakawan, guru, dan siswa yang berkolaborasi untuk melaksanakan dan mengusahakan terlaksananya kegiatan tersebut di sekolah. Yayasan Tarakanita wilayah Lahat yang terdiri dari sekolah TK, SD, SMP dan SMA Santo Yosef melaksanakan gerakan literasi dengan kegiatan library day ( hari perpustakaan ) yang memanfaatkan jam khusus dengan materi literasi yang sudah terjadwal. Library day dirasa lebih efektif karena pada saat pelaksanaan materi literasi yang disampaikan yang terdiri dari literasi dasar, literasi perpustakaan, literasi media, literasi teknologi, dan yang paling umum literasi informasi dapat tersampaikan dengan baik oleh pemateri/pustakawan/guru pendamping. Dan materi yang dibutuhkan telah disiapkan baik oleh siswa maupun oleh guru/ pustakawan sebelum jadwal pelaksanaan. Library day ini mengambil waktu 2 jam pelajaran per-minggu. Adapun materi library day adalah pengetahuan umum non pelajaran. Khusus untuk Taman kanak-Kanak literasi dasar yang terdiri dari ketrampilan berbicara, mengenal angka dan huruf, serta mengenal lingkungan sekitar terangkum dalam kegiatan pembelajaran melalui sentra persiapan, kesenian, dan sains.
Peran pustakawan sebagai guru perpustakaan dalam kegiatan library day tidak bisa dianggap remeh, karena pustakawan membuat program, melaksanakan program, dan mengevaluasi program agar gerakan literasi ini bisa terlaksana dengan baik. Pustakawan sebagai penggerak literasi mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk melaksanakan, mengembangkan, dan mengupayakan agar gerakan literasi dapat terlaksana dan memiliki hasil yang berkesinambungan untuk menjadikan masyarakat kita khususnya komunitas sekolah menjadi pembelajar sepanjang hayat. Walaupun saat ini masih banyak masyarakat kita yang menilai rendah profesi/pekerjaan pustakawan namun tidak sedikit juga yang menghargai karya seorang pustakawan sebagai penggerak literasi. Sebagai penggerak literasi pustakawan bisa menjadi koordinator TIM literasi di setiap sekolah yang berkoordinasi dengan bidang kesiswaan dan kurikulum.
Evaluasi dari gerakan literasi ini adalah budaya baca komunitas sekolah meningkat, walaupun diawal terasa berat dan terpaksa tetapi pelan tapi pasti mereka bisa menikmati. Siswa akan berusaha untuk mancari informasi yang dibutuhkan dengan memanfaatkan perpustakaan. Selanjutnya mereka digiring untuk semakin penasaran mencari informasi-informasi menarik di perpustakan dari berbagai media, antara lain majalah, harian, tabloid, buku, dan ensiklopedia. Pustakawan juga semakin meningkatkan layanan informasi kepada pemustaka demi memenuhi kebutuhan informasi yang dibutuhkan pemustaka.
Gerakan bersama warga sekolah yang terdiri dari pimpinan/stake holder berperan sebagai motor, guru sebagai motivator dan figur literat, pustakawan sebagai penggerak, pegiat, dan penyedia media literasi , dan siswa sebagai pelaksana GLS pastinya akan menghasilkan sesuatu yang mulia. Dari beberapa hal tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa kolaborasi, komunikasi, dan keterbukaan antar semua komunitas sekolah akan selalu membawa perubahan baik dalam pemahaman dan pelaksanaan gerakan literasi ditingkat sekolah sesuai dengan tujuan GLS yaitu menjadikan masyarakat sekolah yang literat dan manusia pembelajar sepanjang hayat.
SALAM LITERASI
Pustakawan Sma Santo Yosef Lahat
-
there are no comments yet