Article Detail

Menjadi Siswa Katolik yang Luar Biasa

      Menjadi siswa katolik yang luar biasa itulah pesan yang disampaikan Romo Paulus Tugiyo Pr. kepada siswa-siswi katolik SMA Santo Yosef dalam acara rekoleksi yang diadakan Senin-Selasa (11-12/3). Rekoleksi bagi siswa-siswi katolik merupakan agenda tahunan yang rutin dilaksanakan di SMA Santo Yosef Lahat. Rekoleksi diadakan dengan tujuan meneguhkan kembali nilai-nilai COMPASSION, Celebration, Competence, Conviction, Creativity, Community (Cc5), Keadilan, Perdamaian, dan Keutuhan Ciptaan (KPKC) yang telah diaplikasikan dalam Pembelajaran PKT (Pendidikan Karakter Tarakanita), namun masih dirasa perlu untuk terus dipupuk melalui kegiatan pengembangan kepribadian siswa (rekoleksi).
      Nilai-nilai tersebut menjadi roh pendidikan karakter di SMA Santo Yosef dan Yayasan Tarakanita pada umumnya. Dari kegiatan ini diharapkan siswa lebih memahami dan menjiwai nilai-nilai yang akan membentuk mereka menjadi makhluk ciptaan yang berkarakter dengan berlandaskan iman katolik.
      Rekoleksi dimulai dengan pemaparan materi dari Romo Paulus Tugiyo Pr.. Dalam pemaparannya beliau mengungkapkan bahwa, “Siswa katolik harus bangga dengan identitasnya sebagai orang katolik dan harus berani membuktikan diri dengan tidak melakukan hal-hal yang dapat merusak citra agama katolik”. Beliau menambahkan bahwa siswa-siswi katolik SMA Santo Yosef dapat menjaga citra agama katolik dengan tidak mencontek saat ujian, menghargai orang yang lebih tua, dan terus meningkatkan iman sebagai orang katolik. Romo Paulus Tugiyo Pr. juga mengungkapkan bagaimana sulitnya menjadi kaum minoritas di Negeri ini. Namun, hal tersebut tidak lantas membuat kita patah arang, justru ini kesempatan bagi kita untuk bisa membuktikan diri sejauh mana kita setia terhadap iman katolik yang kita hidupi.
      Para siswa mendengarkan dengan antusias materi yang disampaikan oleh Romo Paulus Tugiyo Pr.. Desiana Simbolon (16), salah satu siswa kelas X mengungkapkan, “Rekoleksi ini berdampak positif bagi siswa-siswi katolik SMA Santo Yosef, karena dengan adanya rekoleksi ini dapat memacu siswa untuk menjadi lebih baik dan luar biasa.” Lebih lanjut Desiana mengatakan bahwa, “Siswa katolik SMA Santo Yosef Lahat harus mampu menjadi garam dan terang bagi semua orang, baik di lingkungan sekolah maupun masyarakat.”
       Selain acara tatap muka, rekoleksi juga diisi dengan aneka permainan. Permainan yang dipilih tidak sekedar menghibur, tetapi di dalam permainan tersebut terdapat banyak nilai yang dapat dimaknai oleh para siswa. Nilai-nilai yang dimaksud seperti nilai kerjasama untuk memecahakan persoalan atau rintangan dalam permainan (community), kemapuan berpikir secara cepat dan kritis untuk memecahkan persoalan atau rintangan dalam permainan (competence), dan bagaimana menghargai dan mensyukuri hasil jerih payah kelompok dalam menyelesaikan berbagai rintangan dalam setiap permianan yang diikuti (celebration).
       Acara rekoleksi diakhiri dengan misa penutup yang dipimpin langsung oleh Romo Paulus Tugiyo Pr.. Misa penutup dilaksanakan di Kapel. Dalam khotbahnya Romo Paulus Tugiyo Pr. kembali mengingatkan para siswa untuk terus memiliki semangat menjadi siswa katolik yang luar biasa. Bapak Heribertus Triwardono, S. Pd selaku kepala SMA Santo Yosef juga memberikan sambutan setelah misa selesai. “Saya berharap semangat untuk menjadi siswa katolik yang luar biasa tidak berakhir sampai di sini saja, tetapi semangat itu harus terus dibawa ke lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat” tandas beliau.**
Comments
  • there are no comments yet
Leave a comment