Article Detail

ASAH KETERAMPILAN MELALUI PELATIHAN

Senin-Kamis (3-6/2), SMA Santo Yosef Lahat mengadakan pelatihan jurnalistik dan fotografi angkatan ke-VI bagi siswa-siswi yang tergabung dalam ekstrakurikuler jurnalistik SMP dan SMA Santo Yosef. Sebanyak tiga puluh dua siswa mengikuti kegiatan ini. Pelatihan bagi peserta ekstrakurikuler jurnalistik sangat penting, karena pada praktiknya nanti mereka akan memberitakan seluruh kegiatan yang dilaksanakan di sekolah dan dimuat di media sekolah Matapena (SMA) dan Tara (SMP).
Selama ini keberadaan tabloid Matapena dan Tara memegang peranan penting dalam upaya mempromosikan sekolah. Demi meningkatkan kualitas berita yang dihasilkan dan memaksimalkan peran tabloid Matapena dan Tara sebagai media promosi, siswa peserta ekstrakurikuler jurnalistik perlu mendapat pelatihan khusus.
Romo Frans de Sales SCJ selaku narasumber mengungkapkan bahwa di era digital seperti saat ini peran jurnalis yang kompeten sangat dibutuhkan untuk dapat memberikan informasi secara cepat dan akurat. Era digital juga sangat membantu dalam proses penyebaran informasi kepada masyarakat. Itulah sebabnya SMA Santo Yosef secara rutin mengadakan pelatihan jurnalistik dan fotografi bagi siswa agar mereka dapat menghasilkan tulisan-tulisan yang berkualitas dan bernilai berita.
Bapak Heribertus Triwardono, S. Pd. selaku kepala SMA Santo Yosef dan pembina Matapena dalam sambutannya mengimbau para peserta untuk dapat mengikuti pelatihan dengan baik, karena tabloid Matapena dan Tara diterbitkan dalam jumlah yang  besar dan disebarkan ke daerah-daerah, bukan saja di Wilayah Sumatera Selatan, bahkan sampai ke Pulau Jawa. Oleh karena itu, kualitas tulisan dan foto yang dimuat di tabloid Matapena dan Tara harus bisa memuaskan pembaca. “Kita harus berkomitmen harus bisa!” tandas beliau.
Deri (16), satu-satunya siswa laki-laki yang tergabung dalam ekstrakurikuler jurnalistik SMA Santo Yosef Lahat mengaku antusias mengikuti kegiatan ini. “Senang, karena dengan mengikuti training jurnalistik dan fotografi tentunya saya mendapat pengetahuan baru” katanya. Deri mengaku kelak ia ingin menjadi seorang penulis profesional sehingga ia menjatuhkan pilihan pada ekstrakurikuler jurnalisitik sebagai kegiatan pengembangan diri.
Kamis (6/2), materi tentang fotografi disampaikan. Bapak Yohanes Suripno selaku narasumber menyampaikan banyak hal tentang dunia fotografi, mulai dari perbandingan kamera dulu dengan sekarang sampai pada teknik-teknik membidik objek yang akan diabadikan. “Untuk dapat mengabadikan objek dengan sempurna, Anda harus bersahabat dengan cahaya, bukan sebaliknya” kata Bapak Suripno dalam pemaparannya.
Seni fotografi memang memiliki kaitan erat dunia jurnalistik. Pelukisan objek pemberitaan menjadi lebih hidup ketika sebuah berita disertai dengan gambar. Penulisan berita di media cetak seperti tabloid, majalah, dan koran tidak akan menarik jika tidak disertai gambar objek yang diberitakan dan tentu saja akan berimbas pada minat pembaca. Dalam kaitannya dengan pelatihan yang dilaksanakan, pelatihan fotografi mutlak dibutuhkan demi peningkatan kualitas berita yang ditampilkan pada tabloid Matapena dan Tara. (WL)
Comments
  • there are no comments yet
Leave a comment